Industrialisasi
Kata industrialisasi berasal dari kata dasar industri
yang memiliki arti secara umum adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama
dalam menghasilkan laba. Misalnya “industri musik“, “industri mobil“, atau
“industri ternak”
Menurut
Dumairy, istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri adalah himpunan
perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini disebut industri kosmetik misalnya,
berarti himpunan perusahaan penghasil produk kosmetik. Industri tekstil adalah
himpunan pengusaha yang membuat tekstil. Kedua, industri menunjuk sektor ekonomi yang
di dalamnya terdapat kegiatan produktif mengolah bahan mentah menjadi barang
jadi atau setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat
masinal, elektrikal atau bahkan manual. (Dumairy, 1996, h-227).
Industrialisasi adalah suatu proses menciptakan
interaksi para pihak yang memiliki kepentingan ekonomis yang sama terhadap suatu
siklus rantai nilai . Proses ini dapat terjadi secara alamiah maupun disengaja.
Secara alamiah, pemicu proses industrialisasi adalah pasar.
Proses industrialisasi, dengan meminjam
istilah dari Dawam Rahardjo-adalah suatu keniscayaan (Dawam Rahardjo, 1995),
karena proses ini dianggap sebagai sebuah kunci ke arah kemakmuran yang
didambakan oleh setiap bangsa. Kendatipun bukan satu-satunya, industrialisasi
dapat dianggap sebagai salah satu jalan yang penting dalam mencapai kemakmuran.
Tujuan industrialisasi antara lain:
memperluas lapangan kerja, menambah devisa negara, memanfaatkan potensi sumber
daya alam maupun sumberdaya manusia dan terutama menggerakkan roda perekonomian
suatu bangsa menjadi lebih cepat.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan
Kemiskinan
adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk
hidup layak (id.answers.yahoo.com, 2009). Kemiskinan merupakan sebuah
kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau
batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah
yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan
setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang
terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta
aneka barang dan jasa lainnya.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan
dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan
non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi
kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk,
kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemiskinan kadang juga
berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu
mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai
warga negara.
Contoh Hubungan Industrialisasi Dengan Kemiskinan
Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya
proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat
pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat,
keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan
pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo
Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode
1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan
meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah
7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan
Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. Namun perkiraan ini
meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga
riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot
begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga
kerja dari sektor non industri menuju sektor industri.
Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh
tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi
telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung
pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata,
pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat
umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha
penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan
kualitas lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar