Hubungan
Industrialisasi Dengan Kemiskinan
Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya
proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat
pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat,
keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan
pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo
Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode
1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan
meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah
7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir
Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. Namun
perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang
berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot
begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga
kerja dari sektor non industri menuju sektor industri.
Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh
tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi
telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung
pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata,
pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat
umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha
penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan
kualitas lingkungan.
Manfaat dan Hambatan
Perdagangan Internasional di Indonesia
Manfaat Perdagangan Internasional
Ada beberapa manfaat perdagangan internasional yaitu sebagai
berikut.
1) Kebutuhan setiap negara akan dapat terpenuhi
Sebagai contoh Indonesia , walaupun Indonesia juga
menghasilkan minyak bumi tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri masih
kurang maka untuk memenuhi kekurangan tersebut kita membeli atau mengimpor
minyak dari negara anggota OPEC seperti Arab Saudi.
2) Negara pengekspor akan memperoleh devisa
Kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya
adalah batu bara. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri , batu bara kita
jual atau ekspor ke negara lain seperti Jepang. Dengan mengekspor batu bara
kita dapat pembayaran yang berupa devisa.
3) Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi.
Spesialisasi produksi artinya pengkhususan pada produksi
tertentu. Sebagai contoh Indonesia sebagai negara agraris yang tanahnya subur,
sudah tentu akan lebih mengkhususkan pada hasil pertanian untuk diekspor ke
negara-negara yang tanahnya kurang subur. Sedangkan Jepang lebih mengkhususkan
ekspornya pada produksi yang berteknologi seperti mobil, mesin-mesin industri
dan elektronik ke negara-negara berkembang seperti Indonesia, karena Jepang
lebih unggul di bidang teknologi dan SDM.
4) Dapat mendorong kegiatan ekonomi suatu negara
Dengan perdagangan internasional, kita dapat mengekspor
hasil produksi dalam negari sehingga industri dan dunia usaha di dalam negeri
dapat berkembang dengan baik , yang pada akhirnya dapat mendorong kegiatan
ekonomi negara. Demikian juga apabila kita mengimpor barang-barang modal
seperti mesin-mesin industri, akan dapat mendorong perkembangan dunia
perindustrian di dalam negeri.
Hambatan Perdagangan Internasional
Dalam perdagangan internasional hubungan antarnegara tidak
selalu berjalan dengan lancar. Pasti ada beberapa hambatan yang akan
mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional. Beberapa hambatan dalam
perdagangan internasional yaitu sebagai berikut.
1) Perbedaan mata uang antara negara pengekspor dengan
pengimpor.
Adanya perbedaan mata uang antara negara satu dengan negara
lain, seperti rupiah dengan dollar Amerika dapat mengurangi kelancaran dalam
pembayaran perdaganganinternasional, karena selain nilainya yang berbeda, juga
tidak setiap orang Amerika mau dibayar dengan rupiah, demikian juga sebaliknya.
2) Adanya kebijakan impor yang dilakukan suatu negara
Dengan adanya kebijakan impor yang diberlakukan oleh suatu
negara akan menghambat dan membatasi masuknya barang ke negara lain karena
masing masing negara akan berusaha untuk melindungi produk dalam negerinya,
seperti adanya kuota impor atau larangan impor terhadap barang-barang tertentu.
3) Perbedaan bahasa antara negara pengekspor dengan pengimpor
Adanya perbedaan bahasa antara negara pengekspor dengan
pengimpor akan dapat menghambat perdagangan internasional, seperti antara
negara Indonesia dengan negara Filipina. Baik importir maupun eksportir harus
saling berkomunikasi dan saling mengetahui maksud dan keinginannya, apabila ada
kendala dalam komunikasi maka transaksi perdagangan antarkedua belah pihak
sulit terjadi.
4) Adanya pengenaan bea masuk yang tinggi
Untuk melindungi produksi dalam negeri dari produk luar
negeri maka setiap Negara akan melakukan tindakan, salah satunya adalah dengan
mengenakan bea masuk yang tinggi terhadap produk luar negeri yang masuk ke
dalam negeri. Hal ini dapat menghambat perdagangan antarnegara.
Sejarah dan Sistem
Perekonomian Indonesia
1. Pemerintahan Orde Lama
Setelah kemerdekaan 1945, keadaan ekonomi Indonesia sangat
buruk sekali, ekonomi nasional mengalami stagplasi akibat pendapatan penduduk
Jepang, perang dunia ke II, perang revolusi dan akibat manajemen ekonomi makro
yang sangat jelek. Tahun 1945-1956 Indonesia menerapkan sistem politik
demokrasi liberal, kekuasaan ada di tangan sejumlah partai politik dan sering
terjadi konflik yang menyebabkan kehancuran perekonomian nasional. Setelah
terjadi transisi politik ke sistem ekonomi atau demokrasi terpimpin
(1957-1965), dimana kekuasaan militer dan presiden sangat besar. Sistem politik
dan ekonomi semakin dekat dengan haluan dan pemikiran sosialis/komunis.2.
Pemerintahan Orde Baru
Pada maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru
dan perhatian lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan ekonomi dan sosial, dan juga pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan
system ekonomi terbuka sehingga dengan hasil yang baik membuat kepercayaan
pihak barat terhadap prospek ekonomi Indonesia. Sebelum rencana pembangunan
melalui Repelita dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemulihan stabilitas
ekonomi, social, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Selain
itu, pemerintah juga menyusun Repelita secara bertahap dengan target yang
jelas, IGGI juga membantu membiayai pembangunan ekonomi Indonesia. 3.
Pemerintahan Transisi
Mei 1997, nilai tukar bath Thailand terhadap dolar AS
mengalami suatu goncangan yang hebat, hingga akhirnya merembet ke Indonesia dan
beberapa negara asia lainnya. Rupiah Indonesia mulai terasa goyang pada bulan
juli 1997. Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah terus melemah,
hingga pemerintah Orde Baru mengambil beberapa langkah konkret, antaranya
menunda proyek-proyek dan membatasi anggaran belanja negara. Pada akhir Oktober
1997, lembaga keuangan internasional memberikan paket bantuan keuangaannya pada
Indonesia.
4. Pemerintahan Reformasi
Ketidakstabilan politik dan sosial yan tidak kunjung surut
selama pemerintahan Gusdur menaikkan tingkat country risk Indonesia. Hal ini
ditambah semakin buruknya hubungan antara pemerintah Indonesia dengan IMF,
membuat pelaku-pelaku bisnis termasuk investor asing enggan melakukan kegiatan
bisnis atau menanam modalnya di Indonesia. Akibatnya perekonomian nasional pada
masa Gusdur tahun 2001 cenderung lebih buruk daripada pemerintahan Habibie
bahkan bias membawa Indonesia ke krisis kedua yang dampaknya terhadap ekonomi,
sosial dan politik akan jauh lebih besar daripada krisis tahun 1997.5.
Pemerintahan Gotong Royong
Pemerintahan Megawati mewarisi kondisi perekonomian
Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gusdur. Inflasi yang
dihadapi Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati juga sangat berat. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan antara
lain masih kurang berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri mauoun
swasta. Melihat indikator lainnya, yakni nilai tukar rupiah, memang kondisi
perekonomian Indonesia pada pemerintahan Megawati lebih baik. Namun tahun 1999
IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia
bagi investor, kedua disebabkanoleh tingginya suku bunga deposito.
Sistem Perekonomian
Indonesia
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu
negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu
maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem
ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu
mengaturfaktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh
memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor
tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada
di antara dua sistem ekstrem tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan
dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian
terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur
faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian
pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan
alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar