Sabtu, 14 November 2015

Sejarah Manajemen



Sejarah Manajemen

Abad 19
Bidang pelajaran manajemen berkembang dari ekonomi dalam abad 19. Pelaku Ekonomi klasik Adam Smith dan John Stuart Mill memberikan teori teori pengaturan sumber daya| pengaturan sumber daya, produksi dan penetapan harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli Whitney, James Watt, dan Matthew Boulton mengembangkan teknik produksi seperti Penetapan standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran bahan, dan perencanaan kerja. seperti

Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol pengembangan pekerja.
Pada akhir abad 19, Pelaku ekonomi marginal Alfred Marshall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada 1900an manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.

Abad 20
Teori pertama tentang manajemen yang lengkap muncul sekitar tahun 1920. Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam manajemen dan hubungan satu sama lain.

Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi.
Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari beberapa bidang terpisah, termasuk:

    Manajemen Sumber daya manusia
    Manajemen operasi atau produksi
    Manajemen strategi
    Manajemen pemasaran
    Manajemen keuangan
    Manajemen informasi teknologi


Tantangan Abad 21 Menurut Peter Drucker

Sejak ilmu manajemen pertama kali dikenal, sebagian besar pakar berpegang pada dua perangkat asumsi dasar mengenai realitas manajemen, yang menuju pada suatu kesimpulan bahwa sisi dalam organisasi merupakan domain dari ilmu manajemen. Sampai dengan awal tahun 1980-an semua asumsi tersebut, masih cukup dekat dengan kenyataan keseharian, baik untuk bidang penelitian, penulisan, pendidikan maupun manajemen praktis. Namun seiring dengan perubahan jaman, asumsi-asumsi tradisional tersebut tidak lagi relevan, bahkan menjadi penghalang bagi pengembangan teori dan praktek manajemen.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Drucker yang merupakan seorang pakar teori manajemen terkemuka, berpendapat bahwa asumsi-asumsi yang selama ini digunakan perlu dikaji ulang, untuk kemudian diformulasikan suatu asumsi baru yang mampu memberikan informasi yang lengkap tentang teori dan praktek manajemen. Dengan memaparkan latar belakang mengapa selama ini digunakan asumsi tradisional, untuk kemudian diperbandingkan dengan kondisi saat ini, Drucker menegaskan bahwa: manajemen harus difokuskan pada hasil dan kinerja organisasi yang merupakan sisi luar dari organisasi. Karena itu manajemen menjadi alat khusus yang membuat sebuah organisasi mampu membuahkan sebuah hasil. Dengan fungsi tersebut, Drucker menawarkan suatu paradigma manajemen yang baru yaitu :

Perhatian dan tanggung jawab manajemen merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah organisasi dan hasil yang dicapai, baik di dalam maupun di luar organisasi, yang terkontrol maupun tidak oleh organisasi tersebut.

Dengan paradigma manajemen yang baru ini, asumsi dasar mengenai praktek dan prinsip manajemen juga mengalami perubahan. Dalam buku ini Drucker memaparkan sejumlah tantangan yang harus dihadapi manajemen dalam memasuki abad 21 yang penuh perubahan.

Tantangan yang pertama adalah dalam hal mengatur strategi. Drucker melihat bahwa periode dimana sekarang kita hidup merupakan bagian dari suatu transisi mendasar, dengan dampak perubahan-perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan yang terjadi pada masa revolusi industri kedua ataupun perubahan struktural yang dipicu oleh masa depresi (tahun 1930-an) serta Perang Dunia ke 2. Walaupun merupakan masa transisi yang penuh dengan ketidakpastian, hal-hal yang pasti tetap diperlukan yang dapat dijadikan dasar penyusunan strategi dan menurut Drucker realitas di bawah ini merupakan hal yang pasti di masa datang:
        turunnya angka kelahiran di negara maju
        terjadinya pergeseran distribusi disposable income masyarakat
        redefinisi dari kinerja korporasi
        adanya kompetisi global
        ketidakselarasan antara perekonomian dan politik
Mengiringi masa transisi, diperlukan pula pemimpin yang mampu menghadapi perubahan. Drucker menekankan bahwa seseorang tak akan dapat mengatur perubahan, yang bisa dilakukannya adalah melangkah di depan perubahan tersebut. Karena itu jargon "mengatasi penolakan terhadap perubahan" yang sepuluh sampai lima belas tahun lalu sangat terkenal dalam ilmu manajemen, saat ini tidak dapat diterima lagi. Semua orang sudah mengakui bahwa perubahan merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari. Pada periode dimana perubahan struktural terjadi sangat cepat, mereka yang mampu bertahan hanyalah yang mampu menjadi pemimpin perubahan tersebut dan melihat perubahan sebagai suatu kesempatan.

"Management Challenges for the 21st Century" tidak membosankan dibaca dan bukan sekedar teks book. Selain padat dengan pembahasan kasus-kasus, penulis juga menyuguhkan wawasan yang bijaksana. Dengan kapasitas penulisnya sebagai pakar manajemen, dapat dipastikan banyak manfaat yang bisa dipetik dan direnungkan dengan membaca buku ini. Uraian Drucker yang sudah menjangkau masa depan mengingatkan kita untuk berani melakukan perubahan dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi perubahan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar